5/05/2010

Sanggar Baca Untuk Sahabat

Dunia ini sangat luas dan manusia selalu diliputi bayangan akan kemewahan dan gemerlapnya kehidupan ini , tetapi dibalik semua itu manusia tidak menyadari akan adanya orang - orang yang tidak beruntung , yang menangis dibalik gemerlapnya dunia ini seperti anak – anak jalanan yang sebenarnya malaikat tak bersayap yang belum kita sadari sama sekali. Jumlah anak – anak jalanan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ketahun bahkan lebih dari 150.000/ pertahun dan itu bukanlah hal yang kecil sehingga memerlukan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat.
Dalam diri kita pasti terbenak “ Apakah negeri ini sudah merdeka , tetapi mengapa masih banyak anak jalanan yang menangis dan sengsara dibalik semua gemerlapnya hidup ini ?”.

Kita pasti yakin bahwa sebenarnya meraka tidak ingin menjadi pengemis, pengamen, tukang semir sepatu dan pastilah mereka mempuyai mimpi untuk bersekolah tapi semua itu harus pupus sehingga mimpi itu harus tersimpan dihati mereka karena alasan yang masih klasik yaitu ketidak mampuan ekonomi dan ingin membantu orang tua.

Putus sekolah dan tidak bisa sekolah harus menjadi kenyataan pahit bagi mereka karena mereka tidak bisa lagi belajar bahkan sampai harus buta huruf , tapi mereka tetap ceria. Dibalik kecerian mereka, tersimpan derita yang tidak kita ketahui. Kita pasti tahu bahwa mereka juga ingin untuk belajar, mempuyai banyak buku tapi mereka tidak mempuyai buku sehingga minat baca mereka terus menerus semakin menurun. Padahal buku sangat penting bagi mereka walaupun mereka tidak sekolah karena buku adalah sahabat selamanya yang akan terus menambah niali manfaat dari waktu ke waktu yang nyaris tak tersia – siakan.

Seiring dengan berjalannya waktu, Pemerintah membuat program yaitu Buku Digital ( E-Book ) dengan kata – kata “ BUKU INI MURAH dan MUDAH DIAKSES” . Tapi apakah semua ini menjamin , bahkan dari hasil survai anak- anak yang tidak mampu dan anak jalanan belum bisa untuk mengakses internet dan dipikiran mereka terbesit bagaimana untuk mengaksesnya dan biayanya harus mahal. Bahkan banyak pula perpustakaan gratis untuk pelajar tapi bagaimana dengan anak – anak jalanan , apakah mereka akan pergi kesana.
Dipikiran mereka pastilah terbesit “ Apakah aku pantas untuk ke perpustaaan ini yang penuh dengan orang – orang yang memakai baju rapi “. Pastilah anak jalanan itu merasa malu bahkan timbul adanya rasa malas untuk membaca karena turunnya minat baca mereka.

Mulai saat ini kita sebagai manusia harus sadar untuk tidak hanya melihat, tidak hanya iba tapi dengan berbagi yaitu dengan memberi 1 buku untuk disumbangkan ke Sanggar Baca. Dengan pemberian kepada sesama, pemberian dengan hati , dan pemberian yang tak akan sia – sia, tak peduli sebesar apa pemberian itu dan sekecil apa pemberian itu karena pasti penuh dengan arti dan makna. Sanggar membaca adalah tempat saat anak jalanan pulang saat mengamen dan sebagai tempat mereka dibimbing untuk membaca dan belajar karena membaca adalah jendela dunia yang dengan membuka halaman demi halaman akan membawa kita seolah mengelilingi dunia dalam sekejab dan sesuatu yang jika kita pandang akan menambah kecintaan kita kepada ilmu, akan menambah wawasan, dan akan membuka tabir kegelapan sehingga ilmu-ilmu yang didapat akan menerangi setiap relung-relung jiwa kita yang haus akan ilmu.

Dibangunnya Sanggar Baca untuk anak –anak yang tidak mampu dan anak – anak jalanan dapat menumbuhkan semangat membaca mereka kembali yang dulunya sempat hilang dengan samangat kita untuk melihat kebahagian mereka. Memang masih ada masalah bagaimana jika mereka hanya ingin membantu orang tua mereka dengan bekerja sampai sore, seperti itu harus kita selesaikan dengan cara ajaklah mereka selalu dan perbolehkan mereka untuk meminjam buku itu disaat mereka senggang maka isilah waktu itu dan dimanapun tempatnya dengan membaca untuk menjadi sumber inspirasi . Ajaklah orang tua mereka agar mengizinkan anak – anaknya untuk membaca dan belajar di sanggar baca karena ada sebagian orang tua yang belum menyadari pentingnya membaca bagi anaknya sehingga menyuruh mereka bekerja.

Bimbinglah mereka selalu agar setiap waktu membiasakan diri untuk membaca, kebiasaan membaca dapat dipupuk, dibina, dan dikembangkan di usia dini dengan cara membaca dengan perlahan – lahan yaitu 1 halaman perhari , tidak harus membaca 1 hari 100 halaman karena itu dapat membuat dia jenuh dengan perlahan – lahan tapi pasti membaca akan mejadi kecintaan kepada mereka dan mendarah daging.

Untuk membuat mereka tidak bosan maka dongenglah cerita dengan menarik dan sebelum cerita dongeng itu selesai ajaklah mereka melihat bagaimana akhir dari certa itu dengan cara membaca cerita itu buatlah mereka tertarik dan penasaran dengan akhir cerita itu maka kegiatan membaca pun menjadi ceria dan buatlah motto “ Jadikanlah membaca sebagai ilmu , informasi, kunci dari keberhasilan dan janganlah berhenti untuk bermimpi karena dibalik sebuah mimpi tersimpan sebuah harapan dan jangan pernah berhenti untuk mewujudkan mimpi itu.

Dengan pemberian dan keberhasilan kita dalam membangun budaya membaca kepada anak – anak jalanan,, kita telah mengerti dan menyadari malaikat tak bersayap itu, yang tak lain ialah mereka yang mempuyai kesempatan panjang namun dibalut kertas hitam tetapi sekarang kita telah berhasil membuat kertas itu menjadi putih dan mulai menggoreskan tinta kehidupan.

Budaya membaca harus kita lestarikan selalu dan bagian dari hidup kita yang tak terpisahkan. Walaupuun kehidupan ini rumit, janganlah hari - hari kita lalui tanpa membaca karena semua kehidupan ini seperti telah tertuang didalam buku .Jadikan buku sebagai sahabat kita saat keadaan apapun, dimanapun, dan kapanpun .

Tidak ada komentar: